Februari 13, 2022

Terima kasih adinda

Saat ini aku bernostalgia mengenang kengangan indah bersamanya.

Aku ingat, kemarin kamu datang menebarkan bunga cinta begitu indahnya, menaburkan aroma wewangian disekitar kita, membuat aku merasa sangat tinggi melayang indah hingga aku enggan untuk kembali turun.

Aku  pun jua mengusahakan agar kita tetap berbahagia sentosa selamanya, belajar memperbaiki diri agar saling mengerti, mencoba memahami setiap situasi tersulit, menutup ego diri sendiri, mengenyampingkan kesibukan agar bisa menciptakan momen indah bersama.
Jelas sekali dalam ingatanku semua yang kita lewati. Aku merasa bangga berada didekatmu, aku merasa sangat hebat disampingmu. Tertawa hingga lupa seperti apa rasanya sedih, bergembira hingga lupa rasanya penat, semangat hingga tidak ingat apa itu lelah. Saat kita berjarak aku turutkan doa untukmu agar kamu baik-baik saja, aku berharap-harap semoga kamu ikut serta mendoakanku, aku selalu berbisik supaya kamu selalu untuk aku. Luar biasa yang kamu berikan untukku adinda..

Tatkala aku salah melangkah kamu mengingatkanku, ketika aku meragu kamu meyakinkanku, ketika aku sepi kamu meramaikan aku, ketika aku bosan kamu membuatku hidup.
Kamu membuat aku lupa istilah khianat, kamu membuat aku lupa arti kata jahat, kamu juga membuat aku lupa arti kata patah hati.

Dan

Kamu pun juga ikut bernostalgia.
Mengungkit masa lalumu kedalam lamunanmu, memaksa dia untuk mengajak dalam cerita kita.
Mulai mencoret-coret secarik kertas yang bertuliskan namaku dan mengganti dengan namanya, mengindahkan dirinya dibelakang aku, berkhayal-khayal atas dirinya dan bukan diriku.
Mulai membiasakan diri dengannya bukan denganku, melakukan yang pernah kita lakukan bersamanya dan bukan denganku.
Mengulang momen indah bersamanya dan bukan denganku.

Aku bisa apa ?

Hendakkah aku mendoakanmu, membencimu, mengutukmu? Entahlah...
Mendoakanmu? Ya! aku tetap mendoakanmu, semoga kelak kamu merasakan apa yang aku rasakan.
Membencimu? Ya! aku memang membencimu, perlakuanmu yang tidak biasa membuatku kecewa.
Mengutukmu? Ya! aku menyumpahimu, menyumpahi agar secepatnya bunga hati ini mati.

Sekarang..
Aku bangkit sendiri, perbuatanmu membuat aku semakin kuat.
Aku berdiri kembali, sifatmu membuat aku semakin mengerti kelak aku harus menjaga diri.
Aku sadarkan diri, kegilaanmu itu menantang aku untuk me-yasudahkan kamu.
Aku menyangupi tekad, tekad yang rapuh tetapi tidak goyah dalam pandanganku bahwa aku harus tetap kuat, aku harus tetap hebat, aku harus tetap bahagia, aku harus tetap gembira dan aku harus tetap hidup..

Walau tanpa kamu.

Kamu, hanya bagian dari masa laluku yang aku pelajari.
Aku akan tetap menyanjungmu adinda.. Terima kasih karena telah memberikan pelajaran begitu berharga.
Aku akan tetap mengingatmu sayang, karena kamu telah memberikan banyak sekali hikmah dalam hidupku.
Aku akan mempelajari ini semua.
Satu-persatu semua pertanyaan dalam benakku terjawab berkat perbuatanmu..
Terima kasih telah menyakitiku hingga aku bisa mengobati ini sendiri.
Terima kasih karena kamu membuat aku semakin kuat.
Terima kasih.
Terima kasih.

Ryanmulu
Jakarta, 8 Agustus 2016